Blog Perempuan Menulis

Cerpen: Hadiah Ramadan Di Ujung Senja Hari Jumat

Posting Komentar

Oleh: Tri Handayani

www.perempuanmenulis.com

       Hari ini Ramadan ke-10, artinya lima hari lagi jadwal anak-anak pesantren liburan Ramadan. Tampak wajah-wajah gembira dan obrolan-obrolan riang anak-anak santriwati tentang rencana liburan nanti. Mereka tak sabar menunggu mobil-mobil orang tua mereka masuk ke parkiran asrama pondok untuk menjemput mereka satu persatu. Namun, semua tak dirasakan Yana, karena berapa menit lalu ayah meneleponnya lewat ustazah, bahwa sampai hari ini ayah belum memiliki uang membelikan tiket pesawat Yana, ke pulau Batam kampung halamannya.

       Ya, hampir dua tahun ini, sejak pandemi covid, ayah kehilangan pekerjaan tetapnya. Ayah bekerja serabutan untuk mencukupi hidup Yana dan dua adiknya. Yana memahami dan mengerti, jika kabar yang diterima tak sesuai harapannya.

       Yana berdiri memandang jauh keluar jendela asrama. Sore yang tenang menuju senja. Burung-burung kembali ke sarangnya. Yana bergumam, "andai aku memiliki sayap seperti burung. Aku akan bisa terbang ke kampung halaman."

       Azan salat Asar berkumandang di masjid Pondok Pesantren menandakan waktu terus beranjak menuju hari-hari akhir Ramadan. Yana melangkah keluar kamar asrama berjalan bersama teman-teman menuju masjid untuk menjalankan salat Asar. Salah seorang diantara mereka bertanya rencana Yana liburan Ramadan. Yana menjawab dangan datar bahwa ia akan menghabiskan liburannya di asrama karena tidak bisa pulang ke kampung halaman. Namun, tak disangka banyak teman-teman yang menghibur Yana. Bahkan ada yang menawarkan dan mengajak Yana pulang bersama ke rumah mereka yang tidak terlalu jauh dari Pondok Pesantren.

       Salat Asar berjemaah telah selesai dan waktunya anak-anak berzikir petang dilanjut tadarus Al-Qur'an. Yana jadi teringat ustazah pernah berkata, 

"Doa di penghujung petang di hari Jumat itu sangat mustajab. Ya hari ini tepat hari Jumat, setelah zikir petang Yana melanjutkan doa. Doa untuk dirinya, orang tua, dan juga doa untuk harapannya sekarang, yaitu bisa kumpul bersama keluarga di liburan Ramadan.  Setelah itu dilanjutkan tadarus Al-Qur'an bersama teman-teman yang lain. Alhamdulillah di bulan Ramadan ini, Yana telah selesai hafalan 30 juz.  Jadi jadwal Yana selain membaca Al Quran juga menghafal ulang hafalan yang telah selesai. Saat anak-anak tengah tadarus Al Quran tiba- tiba Yana dikejutkan panggilan Ustazah.

        "Yana..ada panggilan untukmu dari staf administrasi kesiswaan.kamu ditunggu di kantor sekarang" 

       Yana mengangguk dan beranjak meninggalakan masjid berjalan menuju gedung staf administrasi kesiswaan. Yana sedikit heran tidak seperti biasanya staf administrasi memanggil. Yana bertanya-tanya apakah ada pembayaran yang belum ayah bayar?. Sampai di ruangan staf administrasi, Yana dipersilakan duduk.

        "Yana, Ibu dapat notifikasi pengiriman uang lewat bank atas nama bu Yazmin Aida sebesar dua juta rupiah. Apa bu Yazmin saudara Yana? karena setelah transfer beliau telepon ke sekolah mengabarkan kalau itu, uang yang dikirim buat Yana" 

       Yana menjawab bahwa bu Yazmin adalah bibinya, adik dari ayahnya. tapi Yana juga terkejut karena tidak biasanya bibi Yazmin mengirim uang untuknya. Lalu staf administrasi menyerahkan amplop berisi uang dan kuitansi tanda terima. Yana menerima amplop dengan bahagia walau masih bertanya-tanya untuk apa bibi Yazmin memberinya uang? 

       Sesaampai di asrama putri, Yana mencari ustazah pemangku asrama untuk meminjam Handpone beliau. Yana ingin menelepon ayahnya.

       "Assalamuallaikum, Ayah?. Maaf Ayah, Yana mau tanya, tadi Yana dapat kiriman uang dari bibi Yazmin, jumlahnya besar sekali. Apa bibi Yazmin ada cerita ke ayah?"

        Ayah menjawab, "ya bibi sudah memberi kabar kalau bibi yang mengirim uang buat Yana untuk beli tiket pesawat, sekaligus hadiah buat Yana karena telah menyelesaikan hafalan Al-Quran 30 juz" 

       Mendengar jawaban Ayah, Yana sangat terharu. Yana tidak pernah menyangka ada hadiah tak terduga di ujung Ramadan ini. Tak henti Yana berucap syukur karena mungkin ini adalah doa diujung senja di hari Jumat yang telah Allah kabulkan untuknya.

***

Bionarasi

Tri Handayani

Wanita berusia 39 tahun lahir di sebuah desa di kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Seorang ektrovert yang senang berteman. Dari pertemaman itu banyak kisah yang didengar, dan menjadi ide-ide cerita baru. Sekarang menetap di kabupaten Bekasi-Jawa Barat, setelah dua puluh tahun merantau meninggalkan kampung halaman.

Dari antologi cerpen KUKIS (Kumpulan Kisah) Ramadan  (Komunitas Seni Digital Kolaboratif dan Perempuan Menulis- Komunitas Ceria; Haura Utama; Mei 2022)

Related Posts

Posting Komentar