Oleh : Safaraz
Pukul 04.00 WIB
Mika, ayah, dan ibu bersiap untuk sahur. Hari ini adalah hari ke-13 Mika berpuasa. Mereka makan ayam, dan sup jagung. Mereka makan sahur sembari ngobrol ringan tentang rencana mudik. Mika malas menanggapi kerena masih mengantuk.
"Imsak.....! Imsak....! Imsak...!"
Terdengar dari pengeras suara masjid. Mika, ayah, dan ibu segera minum dan mengakhiri makan sahurnya. Mika masih mengantuk, karena semalam ia dan teman-temannya tarawih di masjid dan pulang larut malam.
"Hoaaaammm," Mika menguap karena masih ingin tidur.
"Mika, ayo salat Subuh dulu !" ajak ayah kepada Mika.
"Iya."
Mika mengambil air wudu. Ia salat Subuh bersama ayah dan ibu. Ia berniat setelah salat akan tidur kembali karena rasa mengantuk masih ada di matanya.
"Ceklek."
Mika hendak memasuki kamar, tetapi ibu melarang Mika untuk tidur kembali.
"Mika jangan tidur lagi, itu tidak baik!, " ibu berkata lembut kepada Mika.
Karena Mika tidak ingin membantah ibunya, ia langsung mengurungkan niatnya untuk tidur kembali.
Pukul 07.00 WIB
Ibu bersiap untuk membuat nastar dan putri salju yang di pesan warga sekitar. Sedangkan ayah sudah berangkat ke kantor sejak bakda subuh tadi. Mika juga sudah berada di sekolah. Selama Ramadan, Mika pulang sekolah pukul 10.00 WIB. Ibu sedang sibuk membuat kue sejak pagi hari ini karena beberapa kue harus diantar sore nanti.
Tak terasa saking sibuknya ibu membuat kue, ibu lupa menjemput Mika di sekolah. Saat ibu hendak menjemput Mika, ada motor yang berhenti di depan rumah. Mika sudah pulang bersama temannya yang bernama Sinta. Sinta dijemput ibunya. Saat Sinta hendak pulang ia melihat Mika yang belum di jemput, jadi ibu Sinta mengajak Mika untuk pulang bersama.
"Assalamu'alaikum!" ibu Sinta memberi salam kepada ibu Mika.
"Wa'alaikumussalam!" jawab ibu Mika
"Bu, tadi saya lihat Mika belum dijemput, jadi saya ajak pulang." ibu Sinta menjelaskan kepada ibu Mika.
"Eh iya Bu, saya lupa, tadi lagi bikin kue pesanan."
"Iya, Bu tidak apa-apa,"
"Terima kasih ya Bu Sinta." Ibu Mika mengucapan terima kasih karena sudah mengantar Mika pulang.
Ibu Sinta sudah pulang, Mika segera mengganti pakaiannya. Setelah mengganti pakaian, ia langsung membantu ibu membuat kue. Mika membantu menaburi keju di atas kue nastar yang ibu buat. Mika tergiur dengan keju yang sedang ia tabur di atas kue nastar.
"Hmmm, wangi sekali kue nastarnya," Mika menghirup aroma kue nastar yang sedang di panggang dalam oven. Memang aromanya benar-benar membuat siapapun yang menghirupnya akan tergoda untuk mencicipi.
"Hai Mika, kamu tahu tidak aroma enak yang kamu cium itu adalah aromaku. Rasaku enakkk sekali!" tiba-tiba terdengar bisikan Keju. Keju berusaha menggoda Mika saat menaburinya di atas kue nastar.
"Ayo makan aku, aku ini enak lho!" godaan Keju semakin menjadi-jadi.
"Jangan Mika. Jangan dengarkan dia!" sergah Putri Salju. Putri Salju terlihat bersinar terang seperti bidadari, mencoba mencegah Mika.
"Mika ayo makan aku. Aku ini lezatttt sekali!" Keju terus menggoda Mika.
"Jangan Mika nanti kamu batal puasanya. Nanti Allah akan marah padamu." Putri Salju seperti terbang di sekitar kepala Mika, mencoba menguatkan pertahanan Mika.
Putri Salju kewalahan memberi peringatan kepada Mika karena Keju terus-terusan menggoda dengan aroma yang membuat perut Mika keroncongan. Dan sampai akhirnya Mika terjerumus godaan keju. Ia tidak bisa lagi menahan air liur yang terasa ingin menetes karena tergoda aroma Keju. Dan ia pun akhirnya memakan sehelai Keju yang sedang ia tabur.
"Mika, kamu makan keju ya?" ibu yang melihat sisa keju pada bibir Mika.
"Hehe iya Bu." Mika tidak ingin berbohong kepada ibunya jadi Mika berkata jujur.
"Yah, kok Mika makan kejunya, puasanya batal dong."
"Iya, Bu soalnya kejunya kelihatan lezat." Mika berkata sambil cengengesan.
"Nanti enggak jadi dikasih hadiah deh sama Ayah." Ibu memang tidak marah karena ibu tahu bahwa Mika masih belajar berpuasa penuh, usianya baru lima tahun.
"Yah jangan dong Bu, Mika kan mau dapat hadiah dari Ayah karena berhasil puasa penuh tiga puluh hari." Mika merengek kepada ibu. Ia mulai menyesali perbuatannya.
"Tidak boleh diulangi lagi ya!" Ibu berkata lembut kepada Mika.
"Nanti kalo diulangi lagi, bintang Mika yang ditempel di buku dipotong aja jadi setengah." Ibu memperingatkan Mika agar ia tidak mengulangi lagi.
Tahun ini adalah tahun pertama Mika belajar puasa penuh satu hari. Ayah membelikan buku Ramadan untuknya, berisi panduan selama menjalakan ibadah Ramadan. Setiap harinya. setelah Mika berhasil berpuasa, Mika boleh menempelkan stiker bintang di sana.
Mika panik dan hampir menangis, "Enggak, Mika enggak mau bintangnya dipotong"
Ibu tersenyum dan mengelus lembut tangan Mika, "Makanya Mika tidak boleh mengulangi lagi ya,"
"Iya Mika janji enggak akan mengulangi lagi." janji Mika kepada ibu.
"Janji ya Mika, ucap apa?"
"Iya Bu, insyaa Allah Mika janji."
--
Jam pukul 15.24 WIB
Ayah Mika baru saja pulang dari kantor dan membawa takjil yang tadi dibeli di pinggir jalan.
"Assalamu'alaikum!" ayah Mika memberi salam saat hendak memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam!. " Mika dan ibu menjawab salam ayah.
"Ini takjilnya, ayah beli risol dan kue pukis kesukaan Mika." Ayah menyerahkan plastik berisi takjil kepada Mika.
"Ayah, tadi Mika sudah batal puasanya karena Mika makan keju. Katanya Mika tergoda aroma keju dan kue nastar," lapor ibu kepada ayah.
"Hmmm, Mika berpuasa itu kan artinya menahan nafsu. Lain kali Mika harus bisa melawan godaan Keju ya."
"Hehe iya Ayah," Mika nyengir.
"Nanti bintangnya potong saja, Yah kan batal tadi." Ibu sengaja menggoda Mika di depan ayah.
"Jangannnnn...!," Mika teriak dari dapur.
"Iya deh nanti Ayah potong bintangnya setengah, kan puasanya batal setengah." Ayah juga ikut menggoda Mika.
Mika merengut, ayah dan ibu tertawa.
Malam sudah tiba. Mika, ayah, dan ibu baru pulang dari salat tarawih. Mika tadi salat bersama teman temannya. Mika terus saja berpikir, takut bintangnya akan dipotong oleh ayahnya.
"Aduh gimana ya kalo ayah potong bintang aku," Mika bergumam.
Jam pukul 21.00 WIB
Saatnya Mika tidur karena besok ia harus pergi ke sekolah. Mika terus memandangi bintangnya, takut jika bintangnya dipotong oleh ayahnya. Ia pun tertidur memeluk buku Ramadannya.
"Haha kasihan deh Mika, bintangmu dipotong oleh Ayah, hahaha. Kasihan..., kasihan..., kasihan.... Mika nggak dapat hadiah." Keju berkata kepada Mika.
"Tidak, Ayah tidak akan memotong bintangku!." Mika semakin ketakutan mendengar perkataaan Keju
"Mika harusnya kau mendengarkan perkataanku!." Putri Salju merengut memarahi Mika karena ia tidak mendengarkan Putri Salju.
"Maafkan aku Putri Salju, aku menyesal." Mika mulai menangis sesenggukan. Ia meminta maaf kepada Putri Salju. Namun, semua telah terlambat. Bintang hari ke-13 Ramadan akan segera dipotong setengah.
Jam pukul 02.00 WIB
Mika terbangun dari tidurnya.
"Haaaaa!"
"Astagfirullah, itu tadi mimpi? " Mika terlihat kaget saat bangun dari tidurnya. Mimpi itu membuat Mika ketakutan. Takut bintangnya akan dipotong oleh ayahnya. Ia tidak bisa lagi tidur karena terbayang-bayang bintangnya tidak lagi sempurna. Ia tidak akan kehilangan kesempatan. mendapat hadiah dari ayahnya. Karena tidak bisa tidur lagi Mika bangun dari tempat tidurnya, ia mencari buku Ramadannya. Bintang ke-13 masih utuh.
"Huft, semoga saja bintangnya tidak benar benar-benar dipotong," ucapnya sembari melihat meletakkan bukunya di atas meja belajar.
Mika keluar kamar dan menuju ruang makan untuk sahur bersama ayah dan ibu. Namun ayah terlihat aneh. Seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Mika melihat ayah dan ibunya tersenyum sedari tadi, Mika tidak tahu apa apa, hatinya masih gelisah.
"Mika, mau sesuatu tidak?" tanya ayah kepada Mika.
"Hmm, apa Yah?"
"Nih ada hadiah buat Mika, karena Mika sudah mau belajar berpuasa!" ayah menyerahkan bungkusan kado kepada MIka
"Wah terima kasih Ayah!" Mika senang sekali karena mendapatkan hadiah dari ayahnya. Dalam hati ia berjanji akan lebih semangat menjalankan puasa. Ia kan menahan semua godaan untuk makan dan minum.
***
Bionarasi
Safaraz Ayu Anazalia
Nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Orang-orang biasa memanggilku Safa. Memiliki hobi memasak dan membaca buku. Duduk di bangku SD kelas lima, tidak mengurangi semangatku untuk menulis. Bagiku menulis itu seperti menjejakan sejarah. Kalian bisa membaca ceritaku di aplikasi wattpad @safarazsj dan bisa menemuiku di aplikasi instagram @safarazsj
Dari antologi cerpen KUKIS (Kumpulan Kisah) Ramadan (Komunitas Seni Digital Kolaboratif dan Perempuan Menulis- Komunitas Ceria; Haura Utama; Mei 2022)
Posting Komentar
Posting Komentar