Oleh: Betachelly
"Deuuum," terdengar ledakan meredam disertai pancaran sinar kosmik yang menyilaukan mata. Suara bisingnya memenuhi udara dingin yang membuat terkesiap cepat. Reflek Sheikha tergugah dari rebahannya,
"Astagfirullah..ternyata tadi cuma mimpi," desahnya beristigfar.
Malam itu dia tertidur lagi di depan televisi. Tadinya hanya hendak leyeh-leyeh saja mengusir kepenatan sepulang shift malam setelah menghandle jadwal extra flight. Tanggung buat terus terlelap, khawatir kebablasan bangun sahurnya. Menonton tayangan di Discovery Channel biasanya membantunya untuk tetap terjaga. Awalnya dia menonton Second to Disaster yang kemudian berlanjut tayangan dokumenter tentang penciptaan alam semesta. Rupanya ledakan Big Bang tadilah yang mengejutkan lelapnya. Segera remote TV dimatikan dan dia beranjak wudu bermunajat di sepertiga malam. Ada yang ingin dia curhatkan malam itu.
Tahun ini sudah masuk tahun ke-2 sejak kelulusannya dari sekolah kedinasan yang langsung menempatkannya bekerja di Bandara Pulau Batam. Berarti sudah dua Ramadan dilewatinya di pulau itu, dan belum sempat mendapat giliran mudik ke kampung halaman karena harus stand by di posko arus mudik lebaran. Biasalah "Anak Baru" dimohon pengertiannya, dan respek dengan keadaan. Dua tahun tidak pulang, benar-benar membuat Sheikha rindu. Apalagi Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, setiap tahun biasanya berkumpul bersama keluarga. Ketika masih bersekolah asrama, ia masih bisa pulang setahun sekali jelang lebaran, tetapi kali ini harus bersabar menjaga gawang.
"Tante Sheikhaaa, nanti tarawih bareng lagi yaaa," teriak Risa ketika Sheikha berjalan kaki melewati rumahnya sepulang dinas siang itu. "InsyaAllah, Sa... jangan lupa bawa buku Ummi ya, kita lanjutkan bacaan kemarin," balas Sheikha. "Siap, Tan..," Risa bergaya hormat, membalas jawaban Sheikha.
Risa biasa memanggil Sheikha dengan panggilan tante, walau Sheikha baru saja bertambah umur ke-21 tahun di bulan Mei yang lalu. Yah, begitulah, Sheikha adalah kolega dari orang tua Risa, sama-sama bekerja di bandara, maka Sheikha dianggap teman. Walaupun terpaut jauh jarak usia. Namun, anak-anak pegawai yang SMA atau lebih besar, mereka lebih nyaman menyebut Sheikha dengan panggilan mbak, kak. Fleksibel saja sih.
Sesuai janji tadi siang dengan Risa, seusai berbuka dan jelang waktu Isya, Sheika nyamperin ke rumahnya. Ternyata di sana sudah ada Reni, Inggar, Dian, dan Via. Bergegas mereka bersama menuju masjid Al Huda yang merupakan masjid utama di komplek perumahan tersebut. Sambil jalan, mereka saling berbagi cerita.
Seminggu lagi mereka yang bersekolah ternyata sudah mulai libur lebaran. Semua heboh menceritakan keinginannya untuk mengisi malam-malam akhir Ramadan yang membuat Sheikha terbuai dalam lamunan masa kecil yang indah untuk dikenang, apalagi di momen bulan puasa ini.
“Mba Sheikha,” sapa Mas Fadhlan sang ketua DKM Al Huda.
“Nanti selesai tarawih jangan pulang dulu ya, kita mau rapat persiapan kegiatan akhir Ramadan.” Sapaan itu membuyarkan lamunannya tadi yang membuatnya terkesiap,
”Eh..iya, Mas..siap insyAllah..tapi aku info krucil-krucil dulu ya soalnya tadi janji mo lanjutin murojaah Ummi, biar nanti dihandle Via dulu.”
Rapat bersama pengurus DKM Ash Shaff tadi cukup seru. Banyak ide-ide bermunculan untuk kegiatan akhir Ramadan, tetapi masih sulit untuk dijabarkan, karena masih dalam konsep mentah. Namun, Sheikha yakin dia akan berpikir ekstra keras untuk bisa mewujudkan kegiatan ini dengan maksimal. Apalagi ternyata cukup banyak warga komplek yang rata-rata para perantau yang tidak mudik dengan berbagai alasan. Harapannya semakin banyak yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut.
Oh iya, Ash Shaff itu adalah nama yang mereka pilih untuk nama komunitas remaja masjid Al Huda. Arti Ash Shaff sendiri bermakna barisan. Surah ke-61 dalam Al Qur’an menginspirasi mereka tetap bersatu dalam barisan, bergandengan menggenggam ukhuwah calon-calon pemimpin masa depan. Komunitas ini belum lama dibentuk. Sheikha dan beberapa teman seangkatan yang dahulu saat kuliah tergabung dalam kegiatan Rohis Kampus. Mereka merasa perlu menggerakkan anak-anak muda komplek agar ada kegiatan positif di lingkungan tersebut. Sebenarnya tidak dikhususkan pada kegiatan keagamaan saja, tetapi kegiatan lain yang melibatkan anak-anak komplek seperti perayaan 17 Agustus pun mengandalkan anak-anak Ash Shaff dalam pengelolaannya, bersama anak-anak non muslim lainnya. Mumpung masih muda, berkarya itu perlu di mana saja, kapan saja dan bermanfaat, itu yang selalu dikuatkan Sheikha dalam batinnya setiap kali akan melangkah berbuat untuk orang banyak. Bismillahirrahmaanirrahiim.
Pikiran Sheikha penuh malam itu. Ide-ide yang berseliweran dibenaknya belum bisa disusunnya satu persatu. Melayang-layang, menggoda untuk ditangkap hingga membuatnya susah memejamkan mata. Itu pula yang membuatnya terdampar di depan TV, dan mulai meraih remote memilih-milih channel yang hendak ditontonnya. Hal ini biasa membantunya mencari inspirasi tambahan untuk ide-ide yang sudah sempat dituangkannya tadi saat rapat dengan DKM. Tak berapa lama matanya mulai sayup-sayup minta dipejamkan, tetapi raganya malas berpindah ke pembaringan.
Lagi-lagi dia tertidur di depan TV dan tanpa sadar siaran di channel itu telah usai jam tayang, hanya terlihat gambar semut berkerubung, entah siaran pada channel apa tadi pilihan remote terhenti. Layar TV masih menyala, tetapi Sheikha sudah terlelap. (Duh, jangan ditiru ya..kebiasaan Sheikha yang satu ini memang harus dikoreksi..hehe).
”Zzzsst..kresek..kresek...szzt...” terdengar suara seperti lampu neon bergemerisik dari dalam TV yang menyala tadi. Suaranya cukup pelan sehingga tidak membangunkan Sheikha. Tiba-tiba dari dalam TV terpancar sinar biru menyilaukan menyinari tubuh
Sheikha yang tengah terbaring lelap seperti menscan badannya lalu “Zaap.” Secepat kilat ruh Sheikha keluar dari badannya dan meluncur masuk ke dalam layar televisi yang menyala tadi. Astagfirullah, kemanakah gerangan?
Suara zaap tadi berlanjut di lokasi berbeda di mana dia berbaring tadi. Melayang-layang Sheikha menembus partikel-partikel yang terlihat pada tayangan fisika kuantum yang kemarin baru saja dia tonton di Youtube di sela-sela break pergantian shift. Dan seketika Sheikha terbangun keheranan sambil mengucek-ucek matanya, “Ini dimana?,” gumamnya setengah sadar beranjak bangun dari sofa dengan TV yang menyala. Masih bingung dengan situasi, diapun mengenali ruangan tersebut. Looks familiar benaknya berbicara. Gak harus mencubit lengannya untuk menyadari bahwa ini bukan mimpi. Seriously, what was happened ?. Belum sempat dirinya mencerna situasi, muncul sesosok bapak-bapak menyapanya sambil mematikan TV
“Eh, Sheikha udah bangun. Papa baru aja pulang ni bawa bukaan kesukaanmu. Sana mandi dulu, tar lagi magrib lho.”
Menyadari sosok itu adalah papanya, cukup membuatnya terkejut karena papanya sudah wafat beberapa tahun yang lalu. Sepenuhnya dirinya tersadar dan merasakan adrenalin terpicu oleh rasa kaget itu.
“Papa?, jadi aku ada di rumah sekarang?? Dan tubuhku menciut??.” Kembali dia terkejut menyadari dirinya kembali ke masa kanak-kanak ketika terlihat cerminan dirinya terpantul dari layar TV yang sudah dimatikan tadi.
Subhanallah, tasbih Sheikha dalam hati.
Antara bingung, shock, dan bahagia, bisa bertemu papa kembali, yang sudah lama tak jumpa setelah kepergian papa beberapa tahun yang lalu karena serangan jantung. Sheikha Masih duduk termangu dan perlahan memahami situasi.
“Baiklah, aku sekarang seperti kembali ke masa kecilku. Aku harus siap menghadapi apa yang akan terjadi,” gumamnya mencoba pasrah. Kembali ke raganya beberapa tahun silam sudah membuatnya cukup deg-degan apalagi setelah mengetahui ternyata situasi di sekelilingnya pun sama seperti dulu yang dia ingat, ketika usianya seperti ini, di dunia antah berantah ini.
“Miaaau...”, ngeongan manja seekor kucing abu-abu putih bermata indah mengusik kegalauan pikirannya.
“Ya Allah...Herooo...” Dengan antusias diangkatnya kucing itu dan dipeluk. Itu adalah kucing kesayangannya dulu. Rasa senangnya mengabaikan situasi aneh yang sedang dialaminya. Kini dia tak peduli, dan berusaha menerima dulu apa yang terjadi, baru kemudian berusaha mencari solusinya.
“Yuk, Sheikha.. udah ditungguin temen-temen tu, katanya mo berangkat tarawih bareng Dinda dan Mai.” Mama menghampiri Sheika sambil memberikan mukena yang akan dikenakan menuju masjid bersama sahabat-sahabat kecilnya. Antusias Sheikha menyambar mukenanya, “Makasih Mama sayaang..,” sambil memeluk mamanya erat.
“Dih..apa-apaan sih kamu, Kha...pake peluk-peluk segala,” kata mama sambil tertawa kecil. Beliau terlihat begitu muda, dan cantiknya masih seperti yang selalu Sheikha ingat. Sepanjang perjalanan menuju masjid, tak henti dua sahabatnya itu saling mengocehkan pengalamannya masing-masing. Sheikha hanya bisa tersenyum dan sesekali tertawa mendengar candaan mereka.
“Kha, kamu tadi buka pake apa, kok jadi pendiem gitu?,” sela Dinda.
“Oh iya, kamu gak lupa bawa buku catatan ceramah, kan ya?. Nanti aku pinjam lagi ya...abis tulisanmu yang paling rapi sih diantara kita bertiga..hehe.” Gelagapan Sheikha dibuatnya, tetapi untungnya tadi sang mama sudah sempat sekalian menyiapkan tas kecil yang biasa dia bawa setiap tarawih. Dirogoh tangannya ke dalam tas. Syukurlah ada bukunya di dalam tas itu.
“Jangan kuatir, Nda...ada nih di tasku. Tapi jangan nyontek catatanku mulu aah, nanti diomelin Bu Guru lho,” canda Sheikha. Seingat Sheikha, Dinda anak yang agak tomboi, santai plus cuek, tapi rasa setia kawannya tinggi. Pernah waktu pulang salat Subuh ada sekumpulan anak laki-laki sok jagoan sengaja mengambil sendal Sheikha dan menaruhnya di atas pohon yang cukup tinggi. Mereka tahu, itu adalah perbuatan anak-anak laki-laki usil itu karena bukan sekali ini saja terjadi. Dengan gagah berani Dinda yang badannya cukup tinggi untuk ukuran anak perempuan seusianya, mendatangi anak-anak usil tersebut. Sambil berkacak pinggang.
“Hei, kembalikan sendal temanku sekarang juga, atau aku laporin hunter ya..” Hunter adalah sebutan untuk penjaga masjid yang galak terhadap anak-anak yang suka melanggar aturan. Terutama saat jam-jam salat. Terkadang beberapa anak lelaki datang ke masjid hanya sekedar untuk bermain saja. Lari sana-sini, tertawa-tawa membuat suara berisik mengganggu jemaah yang sedang beribadah. Atau kadang tidak hanya anak laki saja yang usil, anak perempuan dari komplek lain pun kadang suka membuat suasana tidak nyaman dengan cekikikan mereka. Bahkan, Dinda pun kadang kala usilnya kambuh, suka mengganggu temannya yang sedang salat.
"Tapi usilnya bikin lucu sih menurutku, masak temannya lagi salat lalu ujung mukena temannya yang shaf berdekatan diikat ujung-ujungnya. Jadi begitu temannya selesai salat dan memisahkan diri, mukena yang ujungnya diikat tadi akan saling tarik', gumam Sheikha. Kebayangkan gimana terkejutnya mereka, ketika tiba-tiba mukenanya saling tarik menarik. Apalagi kebiasaan mereka tidak membuka mukena selama di masjid, karena aturan menutup aurat selama di lingkungan masjid selalu mereka patuhi. Lain Dinda, lain pula Mai. Walau terlihat sebaya, Mai yang paling tua usianya, meskipun hanya beda setahun, Mai adalah sosok terkalem. Malam itu Mai bilang bahwa besok ada kegiatan pesantren kilat di masjid, dan Mai sudah mendaftarkan mereka bertiga untuk ikut kegiatan tersebut. Tentu ini membuat mereka antusias gembira.
Kegiatan pesantren Ramadan dimulai selepas Asar sampai keesokan harinya bakda Subuh. Akan ada acara muhasabah, renungan malam dan tahajud berjemaah. Kegiatan sanlatnya cukup padat. Setelah dibuka oleh ketua DKM, peserta anak-anak dibagi perkelompok. Beruntung setelah merayu kakak mentor, mereka bertiga diperbolehkan satu kelompok.
Kelompok “Siti Aisyah R.A.” nama kelompoknya. Mereka diminta membuat filosofi dari nama kelompoknya berdasarkan biografi ibunda Aisyah. Membuat yel-yel penyemangat sesuai tema. Murojaah surat-surat pilihan, mendengarkan dongeng Islami, dan ada games menarik yang dipandu kakak-kakak mentor antara lain game bomb timer. Teknis permainannya kurang lebih seperti ini. Tiap kelompok memilih satu pemandu dan satu yang dipandu. Bola-bola bom disebar sporadis. Yang dipandu akan ditutup matanya dan harus mengikuti petunjuk dari sang pemandu melewati jalur tanpa mengenai bom-bom yang disebar tadi. Jika bom tersentuh oleh yang dipandu maka akan dinyatakan kalah. Juga ada beberapa games lagi yang menjadi pilihan. Pokoknya, semua kegiatan menyenangkan dan berkesan.
Di tengah malam anak-anak dibangunkan buat mengikuti muhasabah. Mereka dipersilakan mengambil posisi senyamannya di dalam masjid,menyebar terpisah-pisah. Lalu diputarlah visualisasi alam semesta dengan layar proyektor yang cukup besar, seolah-olah galaksi bimasakti saat itu berpindah ke dalam masjid. Bahkan seolah-olah mereka bisa menyentuh debu-debu angkasa. Benar-benar seperti petualangan ruang angkasa yang sesungguhnya, apalagi disertai voice over kakak mentor yang memandu imajinasi mereka. Kalimat-kalimat yang menyentuh kalbu menambah keimanan di dada mereka. MasyaAllah, sungguh pengalaman yang luar biasa bagi anak-anak soleh dambaan umat yang hadir mengikuti kegiatan saat itu. Termasuk Sheikha, walau saat itu dia berada di raga masa kecilnya, tetapi benaknya tetap jiwanya di masa kini. Setiap kegiatan yang dialaminya di sanlat itu terekam sempurna di saraf limbiknya.
Usai kegiatan sanlat. Esok harinya, setelah saling berpamitan dengan para sahabatnya, Sheikha kembali ke rumah masa kecilnya. Karena semalam tidak bisa istirahat dengan sempurna, sampai di rumah Sheikha tak kuasa langsung terbaring di atas sofa tempatnya biasa menonton TV. Dinyalakannya TV tersebut sebagai pengantar tidurnya. Dan benar, tanpa waktu lama Sheikha pun tertidur dengan TV yang menyala. Dalam suasana hening diiringi dengkuran Sheikha karena demikian lelah. Kembali terdengar suara bergemerisik muncul dari TV
”Zzzsst..kresek..kresek...szzt...Zaaapp...” Kilatan sinar biru itu kembali menscan tubuh Sheikha yang terbaring dan menyedot ruh Sheikha kembali menuju layar TV yang menyala tadi.
“Ziing...”. Kali ini Sheikha menyadari proses ruhnya melewati partikel-partikel atom dan dia ingat gambaran itu seperti tampilan kisah Antman di film Avenger.
MasyaAllah, tak henti dia berucap kalimat thoyyibah sepanjang perjalanan melayang-layang di dunia mikroskopik tersebut. Terus, hingga tiba di ujung portal akhir perjalanan menuju kembali ke raganya yang tengah terbaring terakhir kali ruhnya meninggalkan raganya di saat terlelap sepulang rapat dengan DKM malam itu. Tanpa merasa shock dan bingung, Sheikha membuka mata dan langsung sujud syukur di atas karpet ruang tamunya di masa kini. Ternyata pengalaman berhari-harinya di dunia antah berantah itu hanya dilewati dalam masa beberapa menit saja. Tak henti Sheikha berucap syukur dan juga istigfar atas pengalaman yang menakjubkan yang baru saja dialaminya. Sambil tersenyum, benak Sheikha berbicara..”Sekarang aku punya konsep menarik untuk kegiatan pesantren kilat akhir Ramadan nanti
"Alhamdulillah.”
Kemudian tiba-tiba dari pintu depan terdengar suara mengais-ngais daun pintu. Sheikha pun beranjak dari duduknya dan membuka pintu perlahan dan, “Miaau...” terlihat olehnya kucing abu-abu putih dengan mata indah duduk manis menunggu di depan pintu rumahnya.
“Hero???”
***
Bionarasi
Nama lengkapku, Bita Greina Melani. Nama pemberian kedua orang tuaku yang bisa mengungkapkan siapa aku.
Bita, asal kata dari Betha, yang merupakan huruf dalam alphabet Yunani Alpha Betha Gamma. Ya, dan memang begitu juga nama saudara-saudaraku. Kakak perempuanku bernama Alfa dan adik lelakiku bernama Gamma yang otomatis menempatkanku di posisi anak kedua. Dan nama itupun diambil dari nama sinar radioaktif karena kebetulan mamaku adalah seorang guru yang salah satunya mengajarkan ilmu Fisika.
Greina, paduan 2 kata yaitu Grey dan Green menjadi grein dengan alasan saat menjelang kelahiranku adalah masa transisi dari musim panas yang abu-abu ke musim hujan yang menghijau. Dengan harapan, kehadiranku membuat dunia ceria..ehm..
Oiya, tambahan Na diakhir kata merupakan nama rumah sakitku yaitu Ibnu Sina, di suatu kota bernama Payakumbuh.
Melani, paduan dari Mei yang berarti bulan kelahiranku. La sebagai urutan ke-6 tangga nada doremi yang berarti cucu ke-6 dari keluarga mamaku. Ni diambil dari Gemini.
Demikianlah arti namaku, yang sekarang sudah dewasa dan masih ingin melanjutkan hobi sejak SMP yaitu menuliskan apa yang ada di kepala. Entah itu cerita harian, kisah menarik, puisi, berbagi pendapat dan lain sebagainya. Bahkan untuk tulisan di masa sekolah dulu masih tersimpan sebagai cerita yang indah untuk dikenang.
Nama Betachelly sendiri adalah gabungan dari nama Bita dan Shelly, yang diberikan teman masa SMPku yang mempunyai minat yang sama dalam hal tulis-menulis, bahkan kami sering berbagi cerita melalui surat yang dilipat dengan lipatan unik yang sampai sekarang masih kuingat cara melipatnya.
Shelly adalah nama kecilku. Terkadang menjadi pembeda jika ada yang memanggilku dengan nama kecilku bisa jadi dia saudara-saudaraku (di keluarga besar), teman masa kecilku, orang-orang yang mengenal masa laluku seperti kamu yang sedang membaca tulisanku saat ini dan ssst... rahasia ini hanya buatmu.
Dari antologi cerpen KUKIS (Kumpulan Kisah) Ramadan (Komunitas Seni Digital Kolaboratif dan Perempuan Menulis- Komunitas Ceria; Haura Utama; Mei 2022)
Posting Komentar
Posting Komentar