Suatu Pagi Di Tanah Suci
Oleh: Asih Drajad Lumintu
Hangat mentari sepenggalah di saat Ramadan, menyapu wajah bening perempuan bergamis cream polos itu. Syal merah maron, tanda rombongan jemaah yang melingkari lehernya, kelihatan mencolok dengan jilbab putihnya.
Perempuan itu, dan suaminya, khusyuk dalam lantunan ribuan doa melangit, di putaran Ka'bah yang penuh lautan manusia.
Jarak antara perempuan itu, dan dinding Ka'bah tingggal dua langkah lagi. Perempuan itu memandang lekat wajah suaminya, seraya membisikkan keinginannya mengusap kiswah Ka'bah. Lelaki itu menahan erat tangan istrinya, dan belum melepaskannya, pertanda belum berkenan.
Dinding Ka'bah seolah semakin memanggil perempuan itu, hingga mendekat. Yup, hanya perlu bergeser selangkah, perempuan itu berhasil memegangnya. Membebaskan kerinduannya sejenak pada bangunan suci yang berbentuk kotak.
Mengusap lembut kiswah hitamnya dengan syahdu. Momen yang entah kapan, bisa hadir kembali dalam penggalan hidupnya.
Namun, sejurus perempuan itu teringat kembali, dan mengalihkan pandangannya mencari suaminya. Dari arah belakang, suaminya tengah berlarian dengan gelisah, sembari berusaha menyalip sosok-sosok besar yang tawaf di putaran Ka'bah.
Perempuan itu terperangah, dan menunduk tersadar.
"Kekasihku, maafkan aku ...," batinnya membisik
"Apakah dimensi jarak dan waktu kita saat ini berbeda?, " tanya hatinya tertegun.
Disambutnya kekasihnya yang baru tiba, padahal posisi perempuan itu tadi hanya bergeser selangkah saja.
***
Bionarasi
Asih Drajad Lumintu, tinggal di Pekanbaru. Perempuan berlatar Pendidikan Bahasa Arab IKIP Jakarta dan Pendidikan Islam UIN Suska Riau ini, mulai menekuni dunia tulis menulis belakangan ini. Ia menggagas Kelas Perempuan Menulis di Komunitas Ceria (Cita Perempuan Indonesia) secara online. Kreasi tulisannya bisa dilihat di: http://Instagram.com/komunitasceria. Atau www.mompembelajar.com
Posting Komentar
Posting Komentar