KEKUATAN CINTA
Oleh : Chipy Sagita
Siang ini cuaca sedang tidak bersahabat. Matahari seakan marah bersinar terik. Setelah menempuh setengah jam perjalanan dengan ojek online, akhirnya aku tiba di restoran Sunda. Rani teman semasa kuliah mengajakku bertemu, katanya ingin menawarkan kerjasama. Restoran ini penuh sekali, kulirik jam tanganku, mungkin karena jam makan siang. Perutku pun mulai keroncongan. Gawaiku bergetar, bunyi pesan whatsapp masuk.
"Ayu, maaf sepertinya aku sampai sana agak terlambat, jalanan macet. Kamu pesan makanan saja, aku yang traktir."
Aku akhirnya memesan es kelapa jeruk dan sop iga, menu kesukaan mas Andra, suamiku. Sambil menunggu makanan datang, aku mendengar obrolan dari meja sebelah.
“Ajeng, kamu masih ingat teman SMU kita, Farissa? Dia meninggalkan suaminya karena suaminya kena musibah di PHK lalu sakit karena stroke”
“Iya, aku ingat kok, reuni tiga bulan lalu aku ketemu dia. Ah, masa iya Farissa begitu?”
Ingatanku melayang, ke masa itu. Masa yang paling sulit dalam hidupku.
Aku menikah di usia muda, selepas wisuda diploma tiga. Mas Andra bertemu dengan kedua orang tuaku dan meminta izin untuk menikah denganku. Padahal rencanaku ingin melanjutkan kuliah sarjana strata satu. Mas Andra dapat beasiswa ke luar negeri untuk melanjutkan strata dua. Dia ingin menikah sekarang agar ada yang mendampinginya selama di sana. Kedua orang tuaku pun setuju kami menikah. Mas Andra usianya lima tahun di atasku. Kami pun menikah, aku bersyukur langsung hamil. Mas Andra meminta kantornya untuk menunda keberangkatan beasiswa pendidikan itu, sampai hari kelahiran anak kami. Aku melahirkan bayi pertama kami berjenis kelamin laki-laki.
Selama menjadi suami, mas Andra sangat baik dan penuh perhatian. Bila aku terlalu lelah karena menjaga anak kami, dia terkadang ikut membantu. Aku sempat melahirkan anak kedua di sana. Setelah tiga tahun di sana kami kembali ke Indonesia. Aku minta izin untuk bekerja. Alhamdulilah dia mengizinkan, aku diterima bekerja di sebuah Bank. Pendidikan aku memang perbankan. Kami berdua bekerja. Kami memiliki rumah dan mobil. Dua tahun berlalu dan aku melahirkan lagi anak ketiga.
Siang itu, seluruh staf di tempat kerjaku mendapatkan email dari perusahaan yang dikirimkan oleh bagian HRD. Bank tempat aku bekerja akan merger dengan bank lain, oleh sebab itu akan ada pengurangan karyawan. Tidak ada uang pesangon dengan jumlah tertentu. Karyawan yang kena PHK, mendapat dua kali gaji. Untuk karyawan kontrak tidak ada sama sekali. Seperti dugaanku, aku akhirnya kena PHK. Statusku memang hanya karyawan kontrak. Satu tahun kemudian, perusahaan mas Andra juga bangkrut. Mobil kami jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sisa uangnya dibelikan motor. Semakin hari uang semakin menipis, kami tak mampu lagi bayar cicilan rumah, kami harus rela melepas rumah untuk dilelang Bank.
“Dik, tabungan kita sudah habis. Uang hasil jualan mobil juga semakin menipis. Mas tidak bisa bayar cicilan ruumah ini lagi”
“Mas, aku juga paham situasi kita. Tapi kalau rumah sampai dijual kita tinggal dimana?. Untuk kebutuhan sehari- hari saja sulit, apalagi bayar kontrakan.”
“Aku akan berbicara dengan kedua orang tuaku. Mereka punya rumah kontrakan petak, aku akan minta untuk kita tinggal di sana”
Kami pindah ke sana. Aku mulai usaha dengan membuat risol dan rogut titip di warung. Aku juga menjual risol beku siap goreng. Mas Andra belum juga mendapat pekerjaan tetap, tetapi hanya serabutan. Namun, dia juga ikut membantu mengurus anak dan rumah tangga. Kadang mengantar pesanan. Sikapnya itu yang membuatku bertahan, dan yakin akan cintaku. Dia sangat pengertian, kalau aku sangat lelah. Tiap hari tidur jam sepuluh malam dan bangun jam dua pagi, sehabis subuh biasanya aku tidur sebentar lalu melanjutkan pekerjaan rumah tangga.
Badanku rasanya tidak enak, meriang dan mual, sesaat kupikir sakit maag. Baru kusadari aku terlambat haid seminggu. Kubeli testpack dan benar saja aku positif hamil anak ke empat. Perasaanku tak menentu. Bagimana mungkin Allah memberi amanah ini pada kami di tengah himpitan ekonomi yang kurasa sangatlah berat.
“Mas, aku hamil dan aku tidak menyadarinya. Kita harus pertahankan bayi ini atau tidak?. Dengan tiga anak kita sudah sangat sulit ditambah jadi empat apa jadinya?”
“Dik, kamu tidak boleh bicara seperti itu, kamu harus percaya semua rezeki dari Allah, tiap anak ada rezekinya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti”
Aku melahirkan anak keempat. Keempat anakku berjenis kelamin laki-laki. Alhamdulilah, semakin hari banyak pesanan. Dengan bantuan adikku, serta teman lama, pesanan datang dari kantor-kantor. Mas Andra akhirnya kembali bekerja, diajak temannya di perusahaan kontraktor. Dari hasil tersebut, kami bisa membangun rumah di atas sebidang tanah mertuaku. Mas Andra juga dapat fasilitas mobil. Untuk melebarkan sayap bisnis, aku ikut kursus bikin kue jenis lain dan ikut komunitas boga. Hingga akhirnya aku dipercaya untuk menjadi mentor kursus kue jajanan pasar.
Ujian buatku ternyata tidak sampai di situ. Baru kami senang atas pencapaian ini, perusahaan mas Andra tidak dapat proyek lagi karena pergantian kekuasaan. Mobil diambil kembali oleh perusahaan. Suatu hari mas Andra kecelakaan, hingga kakinya pincang karena ada pergeseran tulang. Akibat kecelakaan itu, juga mengakibatkan syaraf kejepit. Semenjak itu mas Andra hanya mengurus anak-anak dan membantu pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan freelance, tidak ada gaji tetap. Aku semakin sibuk pesanan tumpeng jajanan pasar dan jadwal mengajar. Semenjak ikut komunitas boga. Keahlianku semakin meningkat, Hampir semua jenis kue basah aku jual.
“Mas aku acara dari komunitas boga, kami harus ke Malang untuk mengajar di lapas. Apakah aku boleh ikut?”
“Boleh, Dik. Kamu sudah capek cari uang dan rumah tangga sekalian kamu cari udara segar di luar. Tapi mas cuman bisa kasih uang dua ratus ribu ya untuk sangu”
“Alhamdulilah, mas terimakasih ya”
Kondisi mas Andra, semakin hari semakin lemah. Kalaupun sakit, tidak pernah sekali pun dia mengeluh. Kalau tidak tahan dia hanya minta aku menemaninya ke dokter. Untungnya asal ke rumah sakit ada BPJS sehingga kami tidak bayar. Aku bawa ke dokter, ternyata mas Andra kena jantung dan harus segera di operasi untuk pemasangan ringnya. Badan ini lelah sekali rasanya mengurus anak, rumah tangga dan suami yang sakit. Aku mendapat kabar dari bapak kalau ibu juga sakit. Selama mereka sakit aku tidak menerima orderan kue. Urusan cucian dan setrikaan juga kuserahkan pada laundry.
Pasca sebulan mas Andra operasi, ibuku berpulang. Betapa sedihnya hatiku, akhinya kami sekeluarga pindah ke rumah orang tuaku. Bapakku sudah usia 75 tahun, tidak ada yang menjaganya. Mas Andra kembali masuk rumah sakit, kali ini bermasalah di bagian pencernaan. Ternyata infeksi saluran usus. Berjuang selama dua tahun sakit, akhirnya mas Andra berpulang tepat sebulan kepergian Ibuku.
Kepergiannya yang begitu mendadak menyisakan duka. Kebaikan hati teman-temannya, tak pernah aku lupakan. Mereka menyediakan tanah pemakaman di salah satu pemakaman Islam ternama. Aku sangat mencintainya. Dia suami, dan ayah yang baik. Setahun telah berlalu, serasa dia masih ada di dekatku. Tawa, canda, dan kemesraannya padaku. Mungkin aku hanya sebentar diberikan kebahagian materi, tetapi sungguh cinta dan perhatian mas Andra selalu menghangatkan jiwaku.
“Ayu…maaf ya, sudah bikin kamu menunggu”
Tersentak aku dari lamunan panjang, ternyata Rani sudah datang.
“Tidak apa”
“Ayu, aku ingin menawarkan kerjasama, aku akan membuka toko kue. Dan aku ingin kamu yang menyediakan kue jika kamu berkenan”
“Baiklah, Insya Allah aku bisa”
Anakku yang pertama, Vitto sudah lulus kuliah dan bekerja tepat setelah empat bulan mas Andra berpulang. Rumahku juga di kontrakkan, lumayan untuk menambah pemasukan rumah tangga. Aku percaya di setiap kesulitan ada kemudahan.
***
Bionarasi
Chipy Sagita nama penanya. Silvi Sagita Widyanasta menamatkan pendidikan pasca sarjana di fakultas Ilmu Komunikasi. Cinta Seluas Langit merupakan Buku Antologi yang ke-7. Aktivitasnya selain menulis, owner dari online shop Bunchipshop.
Berdomisili di kota Bekasi. Bunchip dapat di hubungi di Instagram Chipy_Sagita
Dari buku Antologi Cerpen Cinta Seluas Langit(Haura Publishing, Juni 2022)
Posting Komentar
Posting Komentar